Kemiskinan Papua Turun 0,02 Persen di Semester Satu 2018

Caption: Pemaparan angka kemiskinan semester satu pada FGD Penyusunan Publikasi Papua Dalam Angka 2018, di Kantor BPS Papua, Rabu (25/7). (Photo: Paul)

Jayapura, – Persentase penduduk miskin di Provinsi Papua pada semester 1 yakni Januari-Juni 2018 mengalami pnurunan sebesar 0,02 persen. Meskipun penurunannya lambat, namun pemerintah daerah kabupaten dinilai sudah cukup baik mengejar ketertinggalan angka kemiskinan. Hal ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik Papua, Simon Sapary, usai membuka kegiatan Focus Group Discussion Penyusunan Publikasi Papua Dalam Angka 2018, di Kantor BPS Papua, Rabu (25/7/2018).   Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, persentase angka kemiskinan di Papua mengalami penurunan 0,02 persen yaitu dari 27,76 persen pada September 2017 menjadi 27,74 persen pada Maret 2018. Kata Simon, banyak hal yang telah dilakukan Pemerintah Daerah melalui berbagai program pembangunannya selama ini, namun harus terus dipacu lagi guna mengatasi kemiskinan di masing-masing daerah kabupaten.   “Pemerintah harus fokus mengentaskan kemiskinan dan merujuk pada data dari BPS yakni masyarakat yang masuk dalam angka 27,76 persen itu, agar saat penelitian lanjutan bisa mengurangi angka kemiskinan,” ujarnya.

Ia pun menyarankan agar para Kepala Daerah dan OPD terkait serius melaksanakan program Gubernur untuk meningkatkan taraf hidup Orang Asli Papua (OAP), guna mempercepat penurunan angka kemiskinan di wilayah setempat. “besar OAP masuk dalam persentase penduduk miskin. Ini bukan kegagalan pemerintah, tapi bagian dari proses. Sebab  kondisi di Papua dulu berbeda dengan Pulau Jawa. Kondisi tersebut yang menjadi pekerjaan rumah Pemerintah saat ini,” terang Simon.
Simon menambahkan bahwa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi data persentase penduduk miskin di Papua. Salah satunya diakibatkan meningkatnya garis kemiskinan (GK) yang ditentukan oleh negara. “GK tahun ini sedikit naik dari tahun sebelumnya. Jadi sebenarnya banyak masyarakat yang sudah terlepas dari kemiskinan tapi karena GK turut naik sehingga hanya sedikit saja yang terhitung keluar dari zona kemiskinan ke atas garis kemiskinan,” tandasnya. (hara)
]]>

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *