Wamena (KT) – Kapolres Jayawijaya, AKBP Tonny Ananda Swadaya memastikan, berhembusnya informasi tentang aksi Demo oleh anak sekolah di Wamena adalah informasi Hoax dan tidak benar.
Karena informasi tersebut dilakukan oleh Oknum-oknum yang sengaja ingin melumpuhkan proses dan jalannya pendidikan di Kabupaten Jayawijaya.

“Itu merupakan berita-berita hoaks dan kami menindaklanjuti berita itu, untuk itu kami tingkatkan patroli pengecekan di sekolah-sekolah semua kami cek,” kata Kapolres Ananda, Jumat (1/11/2019) di Wamena.
Menurutnya, informasi bohong itu sengaja dihembuskan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang sengaja ingin melumpuhkan proses jalannya pendidikan di Kabupaten Jayawijaya.
Diakui, oknum-oknum ini sengaja menggunakan anak-anak dan situasi disekolah, karena anak sekolah ini jati dirinya masih labil dan mudah terpengaruh, sehingga itu yang mudah dimanfaatkan.
“Ini upaya yang sengaja dilakukan oknum pelaku penyebar hoax untuk menyerang anak-anak sekolah, agar mereka jadi ketakutan, merasa trauma dalam melakukan aktivitas pendidikan jadi berfikir takut ada gangguan, takut ada upaya jemput paksa,” kata Kapolres Jayawijaya.
Menindaklanuti informasi Hoax tersebut, dirinya juga menyambangi RRI Wamena guna mengeluarkan Himbauan kepada seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Jayawijaya agar tidak mudah terpengaruh dan terpancing dengan berita provokasi demo.
Kapolres Jayawijaya memastikan, jika terjadi sesuatu, dirinya tidak segan-segan akan melakukan tindakan tegas dan terukur untuk kelompok-kelompok yang sengaja mengacaukan situasi dan keamanan di Kabupten Jayawijaya.
Hal itu harus dilakukan agar, proses aktivitas belajar mengajar bisa berjalan sesuai rencana.
“Saya sampaikan tidak segan-segan jika kelompok itu kedapatan kami tindak tegas dan terukur, upaya pengejaran terhadap penyebar berita hoaks ini kami akan buru, itu merupakan tugas dan kewajian kami bagaimana menciptakan situasi yang aman dan damai di Jayawijaya,” ungkap Kapolres Jayawijaya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Kristen Wamena, Rasinus menjelaskan, dirinya telah mendengar informasi tersebut, namun tidak ada yang namanya aksi demo yang akan dilakukan oleh anak didiknya.
Karena untuk saat ini, kehadiran siswa di SMA Kristen Wamena sangat kurang dan hanya mencapai 30 orang.
“Jadi untuk datang ke kota dan datang ke sekolah saja tidak berani apalagi mau ikut demo, saya rasa itu tidak masuk akal,” tegas Rasinus.
Menurutnya, sejak aktifnya sekolah, dirinya bersama para guru terus berupaya melakukan trauma healing kepada siswa, namun hingga sekarang belum banyak siswa yang berani datang ke sekolah.
Sehingga untuk mengisi aktifitas disekolah dengan beberapa siswa yang hadir, setiap hari pihak guru dan siswa melakukan kegiatan bersih-bersih sekolah, bermain, olahraga, dan Oktober kemarin kegiatan bulan bahasa, pertandingan.
Diakui, jumlah total anak didik di SMA Kristen Wamena mencapai 700 Siswa, namun yang masuk hanya 15 persen dari jumlah siswa yagn ada, itu berarti dalam satu hari hanya sebanyak 20-25 siswa yang hadir.
Sedangkan untuk tenaga pengajar atau guru, Rasinus mengakui hanya tenaga guru laki-laki yang berani datang ke Sekolah.
Dirinya sangat perihatin dan merasa sedih dengan isu-isu yang sengaja dikembangkan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab untuk melumpuhkan jalannya pendidikan di Jaawijaya, padahal kita ketahui bersama bahwa kemajuan masyarakat dan bangsa ini berasal dari pendidikan.
Terkait hal itu, dirinya tidak patah semangat untuk memperjuangkan jalannya pendidikan di SMA Kristen, sehingga upaya yang selama ini dilakukan ialah dengan membuat siaran di RRI, kemudian surat ke gereja-gereja, dan maasukan surat di kampung, dengan tujuan agar anak-anak bisa kembali ke sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
“Mengingat waktu sudah mau ujian semester, kami tetap optimis dalam waktu dekat ini pasti siswa siswi akan kembali dan kami akan mereviuew bagaimana cara supaya mereka siap untuk menghadapi ujian akhir semester,” kata Kepala Sekolah SMA Kristen Wamena.(NP)