TIMIKA (KT) – Memasuki bulan Desember yang merupakan bulan cinta kasih untuk menyambut perayaan Natal dan Tahun Baru, TNI-Polri menggelar upacara Bakar Batu yang melibatkan masyarakat Amungme dan Kamoro di lahan pembangunan Markas Kogabwilhan III, Rabu (2/12/2020).
Dimana, terdapat 35 ekor hewan Babi yang diberikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Idham Azis untuk bakar batu.
Tradisi unik di Papua ini digelar untuk memupuk kebersamaan dan saling berbagi kepada sesama. Tak hanya di Kabupaten Mimika, bakar batu juga dilakukan di beberapa wilayah lainnya di Papua.
Pantauan lapangan, masyarakat terlebih dahulu membuat lubang dengan menggali tanah. Setelah itu, mereka mulai membakar batu-batu berukuran besar dengan kayu hingga kayunya habis terbakar dan batu menjadi panas membara. Kemudian batu tersebut dimasukkan ke dalam lubang yang telah digali.
Sebelum batu diletakkan, lubang yang ada ditutup terlebih dulu diberi daun pisang. Setelah itu, batu yang sudah dibakar akan diletakkan di atasnya. Batu itu lalu dilapisi lagi dengan daun pisang dan hewan babi yang sudah disembelih.
Setelah itu, daging ditutup dengan daun pisang dan diberi batu panas lagi. Susunan itu diberi lapisan lagi di atasnya untuk tempat meletakkan umbi dan sayuran. Terakhir, di atas lapisan umbi dan sayuran diberi daun pisang.
“Seperti kita ketahui acara bakar batu ini dilakukan oleh para leluhur yang memberi makna religius serta memiliki pesan kemenangan, ucapan syukur dan memiliki makna sebagai pesan perdamaian,” kata Dansatgas PAM Obvitnas TNI, Brigjen Stefanus Mahuri.
Brigjen Stefanus mengatakan makna bakar batu yang dilaksanakan secara bersama merupakan gerbang menyongsong lahirnya Yesus Kristus yang diperingati melalui perayaan Natal.
“Artinya bakar batu dan perayaan Natal setiap tahun memiliki makna yang luar biasa dan memiliki relasi yang begitu dekat berupa pesan suka cita, damai pengharapan dan keselamatan,” katanya.
Sementara itu Danrem 174 174/ATW Brigjen TNI, Bangun Nawoko mengatakan, tradisi bakar batu itu mengawal solidaritas yang ada di Papua.
Dimana, selama sebulan kedepan, diharapkan agar tidak ada pertikaian antar sesama sehingga mengganggu situasi Kamtibmas yang kondusif.
“Kita berharap, sebulan kedepan dan seterusnya tidak lagi ada kekerasan, kita saling mengasihi, menyayangi, peduli tanpa menunjukan suku agama ras atau golongan. Jadi kita di Papua ini saling melindungi saling menyayangi,” harapnya. (SL)