JAYAPURA (KT) – Pasca pandemi, tingkat hunian hotel di Kota Jayapura mulai membaik kembali. Saat ini tingkat hunian hotel telah mencapai sekitar 40 persen. Oleh karena itu, pelaku usaha perhotelan diharapkan memberikan pelayanan yang maksimal agar usaha perhotelan di Kota Jayapura dapat lebih diminati wisatawan lokal maupun nasional.
Hal ini disampaikan Sekretaris demisioner BPD Persatuan Hotel Republik Indonesia (PHRI) Provinsi Papua, Dr. Saling, SE, MM kepada awak media di Jayapura, Jumat (29/7/2022).
“Tingkat occupancy hotel pasca pandemi ini menurut informasi yang saya dapatkan dari para pelaku usaha sudah agak membaik. Mungkin sudah sampai 40-50 persen,” terangnya.
Menurutnya, para pelaku usaha perhotelan sangat berharap agar pandemi semakin menurun karena sektor pariwisata membutuhkan mobilisasi yang tinggi.
“Nah ketika ada informasi ada lonjakan itu ancaman buat kita semua di sektor perhotelan,” ujarnya.
Secara nasional, imbuhnya, ada imbauan agar setiap unit usaha pariwisata mengaktifkan aplikasi Peduli Lindungi karena salah satu pembatasan yang lalu tidak membatasi orang per orang, namun yang diperketat di objeknya.
Misalnya, orang diberi kelonggaran di penerbangan tetapi ketika dia masuk ke hotel dia harus disterilisasi.
Oleh karena itu, pihak perhotelan diharuskan untuk tetap menggunakan standar prosedur kesehatan. Bahkan, sampai barcode aplikasi Peduli Lindungi harus ditunjukkan oleh tamu hotel kepada karyawan hotel.
“Jadi itu arahan (PHRI) secara nasional sampai di tingkat Kabupaten Kota,” ujar pria yang juga aktif di Partai Perindo ini.
Mengenai kesiapan bidang perhotelan menyambut kegiatan Musyawarah Adat Nasional yang akan diselenggarakan Oktober mendatang, ia menyampaikan bahwa Ketua PHRI Provinsi Papua telah bertemu Bupati Kabupaten Jayapura sebagai ketua panitia untuk mempersiapkan sarana dan pra sarana kegiatan.
“Tentu kegiatan ini bisa sukses kalau sarana dan pra sarananya tersedia. Ketika tamu berkunjung ke kota Jayapura, itu kan sarana dan pra sarananya harus tersedia. Salah satunya adalah penginapan,” ujarnya.
Namun ia optimis kota Jayapura dapat memenuhi kebutuhan penginapan bagi peserta kegiatan karena telah teruji melalui kegiatan Pekan Olahraga Nasional dan Peparnas, dia tidak meragukan lagi tentang kesiapan sarana dan pra sarana.
“Kita sudah melewati ujian. Walaupun disana terjadi kekurangan-kekurangan, saya kira itu hal yang biasa tetapi kita sudah melewati masa itu,” imbuhnya.
Ia menambahkan, PHRI tetap berharap dan menghimbau kepada para pelaku usaha perhotelan untuk memberikan pelayanan yang terbaik agar Papua yang ada di indonesia paling timur ini dianggap dapat memberikan pelayanan yang baik.
“Justru harus ada surprise, oh ternyata pelayanan di Papua jauh lebih bagus daripada yang ada di kota-kota lain. Selalu saya menghimbau kepada teman-teman, berikanlah surprise kepada peserta yang hadir. Agar pikirannya yang mengatakan Papua tertinggal, kita balik, ternyata Papua jauh lebih modern. Nah, itu yang selalu kita himbau ke teman-teman,” ujarnya.
Ia juga mengimbau para pelaku usaha perhotelan untuk membangun komunikasi yang baik dengan Pemerintah Kota. Misalnya, ada hal yang spesifik yang menjadi kendala seperti keinginan para pelaku usaha perhotelan untuk meminta keringanan pajak dapat langsung berkomunikasi dengan Pemerintah Kota.
“Nah, itu juga kita sudah komunikasikan dan Pemerintah Kota sangat merespons baik. Kalau ada yang kesulitan, silahkan menyurat ke Pemerintah Kota, dia akan merespons,” kata dr. Saling. (rico)