Daerah  

FKUB Sebut Tidak Ada Aksi Demo Susulan Di Jayawijaya

Bupati Kabupaten Jayawijaya Saat Berada di Bandar Udara Wamena Memantau Langsung Penerbangan Pesawat

Pasukan Yang Bertugas Di Wamena Bisa Berbaur Dengan Masyarakat

Wamena (KT) – Bupati Kabupaten Jayawijaya, Jhon Richar Banua, SE.M.Si meminta kepada pasukan yang ditugaskan di Wilayah Papua khususnya di Kabupaten Jayawijaya dapat berbaur dengan masyarakat di Kabupaten Jayawijaya.
Diakui, pemerintah Kabupaten Jayawijaya tentunya membuka diri untuk menerima pasukan yang baru datang dalam rangka menjaga keamanan di Wilayah Papua khsusnya di Kabupaten Jayawijaya.

Dirinya berharap kepada petugas yang baru datang di Jayawijaya harus pandai berkomunikasi dengan masyarakat, dan jika ada masalah bisa diselesaikan dengan cara baik-baik.

“Kita harus berkomunikasi jangan mengambil tindakan terlebih dahulu, supaya menjaga keamanan Jayawijaya,” ungkap Bupati Kabupaten Jayawijaya, Senin (2/9/2019).

Dirinnya selaku Bupati Kabupaten Jayawijaya mennjamin, kehadiran 300 Personil Brimob dari Bangka Belitung di Kabupaten Jayawijaya tidak akan meresahkan masyarakat di Kabupaten Jayawijaya.

Bapak Pendeta Esmon Walilo Saat Bersama Masyarakat

“Kalau mereka bertugas dengan baik dan sesuai dengan protap, saya kira kami pemerintah juga akan mendukung,” ungkap Bupati Banua.

Kata Bupati Banua, kehadiran aparat keamanan di Kabupaten Jayawijaya harus bisa menjaga keamanan msyarakat, namun jika hal itu tidak dilakukan maka pemerintah memiliki kewajiban untuk menjamin dan memberikan rasa aman kepada masyarakatnya.

Sementara itu, Ketua FKUB Kabupaten Jayawijaya, Pdt. Esmon Walilo memastikan, tidak ada yang namanya Demo sususulan di Kabupaten Jayawijaya, karena dirinya telah memastikan disetiap sudut kota Wamena bahwa tidak ada reaksi masyarakat untuk melakukan Demo.

Menurutnya, dari pantauannya dilapangan khususnya di Jayawijaya, keresahan masyarakat akibat isu demo merupakan salah satu trauma masyarakat akibat kejadian Wamena berdarah tahun 2000 silam.

“Memang benar, siapa yang sengaja lontarkan isu ini, tapi masyarakat terbawa memori masa lalu yang memang susah untuk ajak yang apa diinginkan, karena tahun 2000 itu membawa kesan menakutkan dan sulit untuk keluar dari hal itu,” kata Pdt. Esmon Walilo.

Menurutnya, yang perlu dicari oleh pihak penegak hukum di Kabupaten Jayawijaya dalam hal ini kepolisian ialah oknum pihak ketiga yang sengaja menghembuskan isu keresahan di tengah masyarakat Kabupaten Jayawijaya.

Terkait penambahan pasukan di Wilayah Papua dan khususnya di Jayawijaya, Pdt. Esmon berharap kita harus melihat keadilan ang terjadi, artinya pelaku rasisme yang ada di luar Papua harus di tangkap dan diproses hukum.

Menurut Pdt Esmon, kejadian yang terjadi di Papua merupakan dampak dari kejadian yang terjadi dijawa dalam hal ini kasus penghinaan kepada orang Papua.(NP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *