Wamena Kawattimur, – Minat pencari kerja di Kabupaten Jayawijaya cukup tinggi, terlihat dengan banyaknya pencari kerja (Pencaker) yang datang untuk mengurus Kartu kuning di Dinas Tenaga Kerja Perindustrian dan Perdagangan (Disnakerindag) Kabupaten Jayawijaya.
Namun untuk melakukan percetakan kartu kuning bagi para pencari kerja masih terkendala soal dana percetakan.
Hal itu diungkapkan, Kepala Seksi Pendaftaran Dan Pendayagunaan Tenaga Kerja, Yubelina Susana Sayori, S.IP, Jumat (19/10/2018) saat ditemui di ruang kerjanya.
Dijelaskan, pihaknya dalam hal ini Seksi Pendaftaran Dan Pendayagunaan Tenaga Kerja sudah melakukan dan membuka pendaftaran pembuatan kartu kuning bagi para pencaker yang membutuhkan kartu kuning sebagai salah satu syarat penting, namun untuk melakukan percetakan kartu kuning tersebut pihaknya masih mengalami kesulitan dalam hal dana percetakan, karena dananya tidak dianggarkan.
Kata Yubelina, untuk mengantisipasi hal tersebut, pihak Seksi Pendaftaran Dan Pendayagunaan Tenaga Kerja telah berupaya dan mencari dana guna melakukan percetakan kartu kuning.
Dijelaskan Yubelina, selama ini dalam pengurusan kartu kuning untuk satu hari, pihaknya selalu menerima berkas dari para pencaker mencapai 300 orang yang khusus untuk mengurus kartu kuning.
“Saat awal-awal itu kami mengalami kesulitan, karena dalam satu hari kami harus melayani para pencaker yang urus kartu kuning sampai 300 orang dalam satu hari,” kata Yubelina.
Kata Yubelina, hingga pertengahan Oktober dan dari data yang ada di Seksi Pendaftaran Dan Pendayagunaan Tenaga Kerja, pencari kerja yang sudah mendaftar dan sudah dilakukan percetakan kartu kuningnnya sebanyak 2806 kartu kuning.
Jumlah tersebut terbagi dari jenjang pendidikan tingkat Sarjana yang paling banyak, SMA, D3, bahkan ada dari tingkat jenjang pendidikan SMP dan SD.
“Kalau untuk SD dan SPM itu, saat mereka urus kartu kuning mereka sampaikan bahwa mereka honor jadi kami tetap layani,” kata Yubelina.
Diakui Yubelina, dari jumlah kartu Kuning yang sudah dicetak, jumlah pencaker yang paling banyak ialah sarjana dan SMA, dan kebanyakan bukan berasal dari Papua atau asal asli Jayawijaya.(NP)