Wamena, (KT)- Solidaritas Mahasiswa Peduli Tanah Adat Papua menyampaikan pesan umum dalam bentuk demostrasi di pasar tradisional Potikelek Wamena, Sabtu, (1/6/23) menolak dengan tegas penempatan kantor Gubernur Papua Pegunungan di Wouma atas tanah adat Hubula klan suku Wioo, Walesi dan Asolokobal. Aksi demontrasi dipasar juga merupakan kampanye publik.
Kordinator Demo Vara Iyaba mengatakan, masyarakat menolak pembagunan Kantor Gubernur, pasalnya Pemprov belum melakukan kesepakatan bersama klan suku yang ada sebagai hak atas Wouma dan Walesi.
“Semua masyarakat sedang menolak, penempatan kantor Gubernur di Wouma, karena belum ada kesepakatan bersama pemprov dan masyarakat,”katanya.
Melihat dinamika itu, Intelktual Mahasiswa menolak penempatan kantor Gubernur yang direncanakan.
“Kita intelektual, Mahasiswa menolak kebijakan pemerintah yang memaksakan rakyat untuk menyerahkan Ratusan hektar tanah,” jelasnya.
Menurutnya, jika dipaksakan dengan segala kekuatan, mereka akan menduduki lokasi pembagunan dengan jumlah yang besar.
” Kami akan terus menolak, Mati demi harga diri anak cucu lebih terhormat dari pada mati karena penyakit,” ungkapnya.
Berharap, jangan membangun kantor Gubernur di Wouma.
Sementara itu, Salah satu orator Jefta Lengka menyampaikan, semua mhluk hidup diatas tanah tidak ada yang hidup di udara, hidup di awan. Semua orang Papua, yang ada di belahan dunia akan pulang ke tanah asalnya, yang sekolah maupun merantau.
“Orang Papua tidak akan kemana-mana, disini sudah tempat untuk kami hidup,” katanya.
Orang Papua tidak pernah mengemis diluar Papua, orang Papua mati dari tanah atas tanah mereka sendiri. Pemerintah hidup dari tanah, orang Papua hidup dari tanah.
Negara melalui pemprov jaangan memaksakan masyarakat menjual tanah,” tutupnya. (AW)
Pembangunan sudah mulai sedang bekerja, dan Proses tetap jalan saja,