Jayapura, (KT) – Upaya advokasi terhadap masalah pendangkalan sungai dan pesisir di Mimika terus dilakukan guna memastikan akses transportasi masyarakat tetap lancar. Salah satu langkah strategis yang kini mulai membuahkan hasil adalah kehadiran kapal perintis di Distrik Jita, Kabupaten Mimika.
Menurut Jhon NR Gobay, perjuangan ini berawal dari protes terhadap PT Freeport Indonesia terkait dampak operasionalnya yang menyebabkan pendangkalan sungai—yang menjadi jalur utama transportasi bagi masyarakat di Mimika Timur Jauh, Jita, dan Agimuga.
“Jika hanya memprotes tanpa memberikan solusi, maka kurang efektif. Oleh karena itu, saya bertekad untuk memperjuangkan agar kapal perintis dapat melayani Distrik Jita, sehingga masyarakat tidak lagi mengalami kesulitan akibat pendangkalan yang terjadi,” ujarnya.
Pelayanan Kapal Perintis di Jita Dimulai 2025
Upaya ini kini mulai terealisasi dengan dimulainya layanan kapal perintis pada tahun 2025. Kapal Sabuk Nusantara 114 akan melayani rute:
Agats – Sipu-Sipu (Jita) – Pomako – Sipu-Sipu (Jita) – Agats
Diharapkan dengan adanya trayek ini, para guru, tenaga kesehatan, dan staf distrik dapat lebih mudah menjangkau wilayah tugas mereka. Selain itu, kapal perintis ini juga akan membantu masyarakat dalam mengangkut hasil bumi ke kota untuk dijual serta membawa barang kebutuhan ke kampung mereka dengan lebih mudah dan murah.
Pendangkalan Masih Jadi Kendala, Freeport dan Pemerintah Diminta Bertindak
Meski layanan kapal perintis segera dimulai, pendangkalan di sejumlah titik masih menjadi kendala serius. Di sekitar Pulau Tiga, Sungai Muaras Besar, dan Sungai Agimuga—sekitar 20 mil jalur perairan—terdapat area dangkal yang menghambat pelayaran.
Oleh karena itu, pemerintah dan PT Freeport Indonesia diminta untuk segera melakukan pengerukan, setidaknya dengan menciptakan alur pelayaran yang lebih dalam agar kapal perintis dapat beroperasi dengan lebih lancar.
“Pendangkalan yang terjadi telah mengganggu mobilitas masyarakat dari kampung ke kota. Bahkan di beberapa titik, warga terpaksa mendorong perahu mereka melewati perairan dangkal. Jika dibiarkan, hal ini akan semakin menyulitkan kehidupan masyarakat di wilayah pesisir dan pedalaman Mimika,” tambah Jhon NR Gobay.
Dengan adanya kapal perintis dan dukungan infrastruktur jalur perairan yang baik, diharapkan masyarakat di distrik-distrik terpencil Mimika dapat menikmati akses transportasi yang lebih layak serta mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.