Wamena (KT) – Sesuai data Yayasan Humi Inane pada Bulan Januari hingga bulan Mei Tahun 2022, ada 7 Pasien Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Meninggal Dunia di Kabupaten Jayawijaya.
“Kami dari Januari itu ada 6 kasus yang sudah meninggal, ditambah 1 kasus baru meninggal sehingga ada 7 Kasus,” ungkap Ketua Yayasan Humi Inane, Margaretha Wetipo, Rabu (18/5/2022) saat menghubungi media ini.
Selain 7 kasus ODHA yang sudah meninggal Dunia, Margaretha menyebutkan, ada dua pasien ODHA yang saat ini membutuhkan perawatan dan harus segera di antar ke layanan terdekat.
Menurut Margaretha atau yang sering di panggil Etha, dalam menjangkau pasien-pasien ODHA yang ada di Kabupaten Jayawijaya, Yayasan sering mendapat kendala, terutama masalah trasportasi.
“Saya sampaiakn terimakasih untuk PKM Musatfak dan Wamena Kota yang selalu bersedia membantu Yayasan kendaraan, walapun itu hari libur,” ungkap Etha.
Pendataan yang dilakukan Yayasan Humi Inane dilapangan, terjadi penambahan jumlah Pasien ODHA di Kabupaten Jayawijaya untuk setiap harinya, yang diikuti juga dengan angka kematian Pasien ODHA.
Hal ini terjadi selain kurangnya perhatian dan pengawasan dari Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Jayawijaya terhadap tambahan Gizi bagi Pasien ODHA, juga sulitnya jangkauan Pasien ODHA untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena kendala transortasi.
Menurutnya, dengan keterbatasan dan jangkauan yang sulit, tentunya akan mempersulit jangkauan pelayanan Yayasan untuk melihat dan mengunjungi Pasien ODHA, apalagi, selama ini kerja pelayanan Yayasan selalu berjalan sendiri tanpa dukungan dari KPA Kabupaten Jayawijaya, sehingga sangat sulit untuk menjangkau pelayanan kepada ODHA yang ada di daerah-daerah tertentu.
“Ada kejadian yang kami rasakan itu, Pasien terpaksa dibawa malam hari untuk ganti Kateter dan segala macam, dan ini pekerjaan yang harus sungguh-sungguh dengan hati,” kata Etha.
Etha menyebutkan, Yayasan hendak melaporkan status peningkatan dan keberadaan ODHA di Jayawijaya kepada KPA Kabupaten Jayawijaya, namun hingga saat ini Kantor KPA tidak pernah ada dan juga kinerja-kinerja pelayanan dari KPA tidak berjalan, sehingga semakin mempersulit kerja-kerja pelayanan dari Yayasan yang ada di Kabupaten Jayawijaya.
Walaupun demikian, Etha tetap berharap, Pemerintah Kabupaten Jayawijaya tidak tinggal diam dan melihat data, namun harus ada upaya penanganan yang cepat dilapangan melalui kerjasama yang pasti, sehingga penanganan ODHA di Kabupaten Jayawijaya benar-bear menyentuh dan dapat menekan angka pertumbuhan dan juga angka kematian ODHA di Wilayah Kabupaten Jayawijaya.
“Pemerintah harus jeli lihat ODHA di Jayawijaya, melalui dukungan pembiayaan, sehingga ada dukungan nutrisi dan pelayanan kesehatan kepada ODHA di Kabupaten Jayawijaya,” ungkap Etha.
Terutama untuk KPA Kabupaten Jayawijaya Etha berharap, KPA tidak duduk diam dan bermain data seenaknya, namun harus benar-benar bekerja dengan penuh hati dan tulus menyelamatkan umat Manusia, terutama ODHA yang ada di Kabupaten Jayawijaya.
“KPA harus duduk dan bisa memanggil kami Yayasan yang bekerja bagikeselamatan ODHA di Jayawijaya,” kata Etha.(NP)