JAYAPURA (KT) – Orang Muda Papua bersama segenap Komponen Anak Bangsa lainnya di Tanah Papua yang tergabung dalam Tim Gerakan Pemuda untuk Pemulihan Papua , sehati – sepikir, dan setindak, mendeklarasikan dan menyerukan Damai Papuaku dan Damai Indonesiaku.
Kelompok yang di ketuai oleh Victor Abraham Abaidata, SH ini mendeklarasikan lima sila Pancasila yang hendaknya di realisasikan dari Ujung Timur Nusantara untuk damai Papua dan damai Indonesia
Adapun dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana Tuhan telah menakdirkan dan atas kehendakNYA lah kita hidup bersama di Dalam Rumah Besar Kita yang Bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selanjutnya pada. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab yang artinya Orang Indonesia dari Merauke sampai Sabang, dari Miangas sampai Pulau Rote adalah manusia beradab, berbudaya, berperikemanusiaan dan memiliki kasih.
Sehingga berkaca dari Sila Kedua Pancasila maka Tragedi Wamena, Nduga, Deiyai dan Kota Jayapura harus menjadi koreksi dan refleksi kita semua untuk berbenah atas segala kesalahan dan kekeliruan kita selama ini.
“Kita semua telah menjadi korban dari perilaku rasis, diskriminatif dan berita HOAX.
Hentikan rasisme dan diskriminasi!
Hentikan menyebarkan berita HOAX!!
Hentikan kekerasan atas nama Negara terhadap sesama anak bangsa!!!,” kata Alberth Wanimo salah satu Tim Pelaksana.
Stop bilang “ko pendatang, sa asli”
Stop bilang, “ko gunung, sa pante”
Orang Papua harus dilihat karena dia memiliki hati Papua. “Apa artinya ko Papua, tapi ko tidak punya hati untuk Papua,” ucapnya.
Di Jakarta, di Bandung, di Bali, di Surabaya, di Malang, di Medan, di Aceh, di Manado dan di Makassar, tidak ada istilah “ko pendatang, sa asli”, tapi masing-masing pihak sadar diri dan tahu siapa dirinya.
Dalam sila ketiga, Persatuan Indonesia memiliki makna jiwa dan Raga kita dipersatukan karena ikatan sejarah yg telah berlangsung berabad-abad lamanya.
Tuhan tidak bisa dipaksa dengan
kepentingan pragmatis oleh pihak-pihak tertentu, apalagi hingga harus mengorbankan nyawa orang lain demi sebuah perjuangan.
Di hadapan Tuhan semua nyawa berharga, dan tidak ada pengecualian.
Tragedi Wamena yang memilukan hati kita semua bukan konflik agama. Karna itu kami menolak secara tegas gerakan HTI dan Kelompok radikal yg secara masif masih bergerak di Tanah Papua walaupun sudah di bubarkan Pemerintah.
Di Tanah Papua, tidak akan ada dan tidak pernah ada konflik agama, karena orang Papua sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan keyakinan.
Papua Tanah Damai karena kita semua cinta kedamaian.
Siapapun dia yang hidup di atas tanah Papua harus memiliki sikap hidup damai. Jika tidak, maka dia tidak pantas disebut sebagai Orang Papua.
Di sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, dimana Rakyat berdaulat maka Negara akan kuat.
Negara kuat karena ada generasi Indonesia yang hebat. Mengedepankan Dialog yang inklusif untuk menghadirkan solusi permanen dan tuntas atas permasalahan Papua selama ini.
Tanah Papua harus memasuki suatu era baru dimana tidak ada lagi darah yang tertumpah diatas tanah yang telah Tuhan berkati 164 tahun silam.
Era dimana kita semua anak bangsa hidup dalam rukun dan damai menuju INDONESIA UNGGUL dan menyambut hari Kedatangan TUHAN.
Dan sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia bahwasanya Kekayaan Alam Indonesia di Tanah Papua, di bidang kehutanan, pertambangan, perikanan dan lain-lain harus diberi ruang kelola kepada masyarakat adat di Tanah Papua sehingga dapat terdistribusi untuk menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia di Tanah Papua.
Adapun deklarasi serta seruan tersebut di sampaikan oleh tim Pengarah yang diketuai
Victor Abraham Abaidata, SH dan empat angotanya dari berbagai latar belakang pemuda termasuk keturunan pahlawan dan tim pelaksana yang diketuai oleh Alberto G. Wanimbo, S.IP yang juga menjabat sebagai Ketua DPD KNPI Papua yang beranggotakan ketua-ketua DPD Kabupaten di Papua. **