Sebagian Besar Warga Pengungsi Sudah Keluar Dari Yalimo

Warga Pengungsi Asal Kabupaten Yalimo Yang Sementara di Tampung di Gedung Tongkonan Wamena

Wamena (KT) – Sebagian besar warga pengungsi yang selama ini bertahan hidup di tempat pengungsian sudah keluar meninggalkan Kabupaten Yalimo.

Ketua Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Provinsi Papua, Dr. Edie Rante Tasak menyebutkan, sebanyak 997 orang telah di Evakuasi dari Yalimo menuju ke Kabupaten Jayawijaya.

Dari 997 Warga pengungsi ini, 737 orang telah ditampung di Gedung Tongkonan Wamena, sedangkan sebanyak 260 orang telah pulang ke rumah keluarga terdekat.

Menurut Ketua IKT Provinsi Papua, warga yang sementara tinggal di Gedung Tongkonan Wamena, tidak semua berasal dari Toraja saja, melainkan ada juga warga dari paguyuban lain dan juga beberapa warga yang tidak memiliki paguyuban ikut ditampung di Gedung Tongkonan Wamena.

“Mereka masuk dulu di sini, kami layani kopi dan makan setelah itu kami data mereka lagi, namun pada umumnya warga toraja sudah kembali ke keluarga,” kata Dr. Edie Rante.

Untuk sementara, kata Dr. Edie Rante, kita utamakan penyelematan kemanusiaannya, karena warga yang mengungsi saat ini sudah tidak memiliki tempat tinggal dan tempat usaha akibat terbakarpada kejadian pertama.

“Karena mereka sudah tidak dapat layanan kesehatan yang baik dan juga jaminan keamanan, maka kami IKT Provinsi dan Jayawijaya sepakat untuk evakuasi warga toraja dari Elelim,” kata Dr. Edie Rante.

Terkait layanan kesehatan di Gedung Tongkonan, Dr. Edie Rante menyebutkan, sudah meminta kepada Pemerintah Jayawijaya, namun karena masalahnya lintas Kabupaten maka pelayana kesehatan di Gedung tongkonan tidak ada, terutama tenaga Covid-19 yang disiapkan di tempat penampungan pengungsi.

Menurutnya, semua layanan untuk kesehatan dan juga tenaga Covid-19, semua dilakukan IKT dengan cara Swadaya.
Sementara itu, Ketua IKT Lapago, Yohanis Tuku menyebutkan, ada 3 ibu warga pengungsi yang melakukan persalinan di tempat pengungsian, diaman satu merupakan warga Palapo dan dua orang merupakan warga IKT.

Salah satu Bayi yang dilahirkan ditempat pengungsian, diberi nama Marta oleh Bapak Kapolda Papua, Irjen Mathius D Fakhiri.

Bayi perempuan itu bernama Marta, memiliki Ibu bernama Srikomariah, Bayi Marta sendiri lahir pada hari selasa tanggal 30 Juni jam empat subuh Waktu Elelim.(NP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *