Wamena (KT) – Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Jayawijaya, Alpius Wetipo Rabu (24/7/2019) mengakui, perajutan Noken terbesar pencetak Rekor Muri menggunakan alat tradisional.
Diakui Alpius Wetipo, alat jahit yang digunakan untuk merajut Noken terbesar ialah Yo dan Lisu (Jarum).
Menurutnya, Lisu atau Jarum yang digunakan ada dua macam, diantaranya hanya menggunakan stuu jarum saja dan juga ada yang menggunakan jarum yang terbuat dari kayu namun dilipat mejadi dua.
Tujuan dari jarum yang dilipat menjadi dua, Jelas Alpius agar benar dalam jumlah banyak dapat dililit sekali dalam jarum itu untuk digunakan merajut Noken.
Kata Alpius, Noken dasar utama atau dengan bahasa daerah disebut Su Lakulik dikerjakan di dua distrik, diantaranya Distrik Assotipo dan Distrik Kurulu.
Untuk Distrik Assotipo, Jelas Alpius, mama-mama yang dilibatkan untuk membuat noken sebanyak 20 orang dengan mengggunakan benang Pabrik, dimana mereka akan merajut noken itu sebesar 30 meter.
“Yang dianyam itu 60 meter, 10 orang 30 meter dan 10 orang 30 meter dan kita akan lipat dua, sehingga akan menjadi 30 meter,” ungkap Alpius.
Sedangkan untuk Distrik Kurulu, Alpiius menjelaskan, mama di Distrik Kurulu tepatnya kampung Waga-Waga akan merajur Noken yang sama sebesar 30 meter dan benang yang digunakan adalah benar asli dan noken tersebut akan menggunakan tali.
Alpius memastikan, rajutan Noken yang sedang dikerjakan mama-mama yang ada di Distrik Assotipo dan Kurulu akan selesai dalam minggu ini.
Sementara itu, Event Organizer, Atika memastikan, Noken terbesar yang dirajut oleh mama-mama di Distrik Assotipo dan Kurulu akan digelar pada pembukaan Festifal Budaya Lembah Balim Ke-30 2019 di Distrik Welesi Kabupaten Jayawijaya.
Menurut Atika, dari kunjungannya ke dua Distrik, perajutan Noken oleh mama-mama sudah cukup panjang dan hampir selesai.
Dirinya memastikan, dalam waktu dua minggu kedepan, dua minggu yang dirajut mama-mama sudah siap dan selesai.
“Untuk di waga-waga itu dorang sudah 25 meter dan maksimal tanggal 31 sudah dikasih kabar,” kata Atika.
Dijelaskan, untuk menyelesaikan satu Noken, diperlukan benang yang begitu banyak, dan itu nampak terlihat di Kampung Waga-Waga bahwa dalam menyelesaikan Noken dibutuhkan benang sebanayak 600 IL.(NP)