PANIAI, (KT) – Krisis keamanan di Distrik Bibida, Kabupaten Paniai, membuat lebih dari 1.800 warga terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mencari perlindungan di Gereja Paroki Salib Suci, Kampung Madi, Distrik Paniai Timur. Mereka tidur beralaskan tikar tipis, tanpa fasilitas yang memadai, mencoba bertahan di tengah ketidakpastian. Di tengah situasi sulit ini, sebuah momen mengharukan terjadi ketika Penjabat Gubernur Papua Tengah, Dr. Ribka Haluk, S.Sos., MM, mengambil langkah yang menyentuh hati banyak orang dengan mengangkat seorang bayi pengungsi menjadi anak asuhnya.
Sebagai bentuk keprihatinan dan komitmen terhadap warganya, Dr. Ribka Haluk bersama rombongan Forkopimda Provinsi Papua Tengah terbang ke Paniai untuk melihat langsung kondisi para pengungsi. Saat tiba di pengungsian, Dr. Ribka Haluk langsung berdialog dengan masyarakat, memperhatikan setiap detail kebutuhan mereka. Anak-anak yang tidur di lantai dingin dengan hanya beralaskan tikar menjadi salah satu perhatian utamanya.
“Tidak boleh lama-lama masyarakat meninggalkan kampung halamannya. Apalagi di sini hanya tidur beralaskan tikar, berbahaya untuk kesehatan mereka. Bahkan di sini banyak anak-anak, pendidikannya bisa terganggu,” ujar Dr. Ribka Haluk, menekankan pentingnya pemulihan segera agar masyarakat bisa kembali ke rumah mereka dengan aman.
Di tengah interaksinya dengan warga, perhatian Dr. Ribka Haluk tertuju pada seorang bayi perempuan berusia enam bulan yang tengah digendong ibunya, Lince Kobogau. Bayi yang manis itu bernama Nina Songgonau. Terpesona oleh senyumnya yang polos, Dr. Ribka Haluk meminta izin kepada ibu bayi tersebut untuk menggendong dan mencium bayi itu. Momen ini menjadi sangat spesial ketika Dr. Ribka Haluk meminta izin untuk menambahkan nama “Ribka” pada nama bayi tersebut.
Lince Kobogau, yang sebelumnya hanya seorang ibu yang penuh kekhawatiran tentang masa depan putrinya di tengah situasi pengungsian ini, tersenyum lebar dan dengan hati terbuka menerima perubahan nama anaknya. “Nama bayi ini sebelumnya Nina Songgonau, dan kini berubah menjadi Nina Ribka Songgonau. Sekarang, Nina Ribka Songgonau telah saya angkat menjadi anak asuh saya,” jelas Dr. Ribka Haluk dengan penuh haru.
Pengangkatan Nina sebagai anak asuh oleh seorang pejabat setinggi Dr. Ribka Haluk menjadi simbol harapan baru bagi keluarga tersebut, serta mengirimkan pesan kepedulian yang mendalam kepada seluruh masyarakat yang tengah mengalami masa sulit ini. Dr. Ribka Haluk menegaskan bahwa ia akan terus menjaga hubungan dengan keluarga Nina dan akan berusaha memberikan yang terbaik untuk masa depan anak tersebut.
“Saya sangat bahagia bisa menjadikan salah satu putri dari Distrik Bibida sebagai anak asuh saya. Mohon doanya agar Nina Ribka Songgonau kelak menjadi seorang gadis yang membanggakan orang tuanya,” tambah Dr. Ribka Haluk dengan penuh keyakinan.
Lince Kobogau, ibu dari Nina Ribka Songgonau, mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaannya. Baginya, pengangkatan Nina sebagai anak asuh oleh Gubernur adalah berkah yang tak terhingga. “Pastinya saya senang dan bahagia. Mohon doanya, agar Nina sehat-sehat dan bertumbuh menjadi anak yang membanggakan orang tuanya,” ujar Lince dengan mata berkaca-kaca, mengungkapkan harapan yang besar untuk masa depan putrinya.
Tindakan Dr. Ribka Haluk ini bukan hanya menjadi bukti nyata dari kepeduliannya terhadap warga yang mengalami kesulitan, tetapi juga membawa harapan dan inspirasi bagi banyak orang. Di tengah situasi pengungsian yang penuh tantangan, tindakan mulia ini memberikan secercah cahaya yang menyinari masa depan Nina Ribka Songgonau dan masyarakat Distrik Bibida.