JAYAPURA (KT) – Persentase penduduk miskin di Papua selama enam bulan terakhir mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen. Angka ini dihitung dari 27,43 persen pada September 2018 menjadi 27,53 persen pada Maret 2019.
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Papua, Bagas Susilo menerangkan, fakta tersebut disebabkan dua faktor besar –yaitu adanya pengaruh signifikan dari komoditi makanan di daerah perkotaan 67 persen dan perdesaan78,48 persen.
Di perkotaan, misalnya, terjadi pada komoditi seperti beras, rokok kretek, ikan laut, telur dan daging ayam ras. Sedangkan di perdesaan antaralain ketela rambat, beras, rokok kretek, daging babi dan ketela pohon atau singkong.
“Enam bulan terakhir ini indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan kenaikan. Pengeluaran rata-rata penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan antar penduduk miskin semakin bertambah,” kata Bagas Susilo kepada sejumlah awak media, Senin (15/7/2019).
Selain itu, faktor pendorong naiknya angka kemiskinan di Papua selama enam bulan terakhir ini antaralain besarnya inflasi secara umum di Papua sebesar 2,90 persen, melebihi inflasi nasional 1,52 persen. Turunnya perekonomian sebesar -13,63 persen pada pada triwulan IV, 2019.
“Tingkat pengangguran terbuka di Papua meningkat pada Februari 2019 sebesar 3,42 persen, dibandingkan Agustus 2018 pada poin 3,20 persen. Sedangkan pengeluaran rata-rata penduduk per kapita tiap bulannya mengalami penurunan masing-masing -8,22 persen dan -0,83 persen, pada Desil satu dan dua,” jelasnya. (Ara)