JAYAPURA (KT) – Gedung Gereja GIDI Jemaat Eden Entrop akhirnya diresmikan, Sabtu (20/11/2021) setelah melalui berbagai pergumulan panjang.
Gedung yang dibangun sejak tahun 2016 silam itu, berdiri diatas lahan seluas kurang lebih 3 Ha. Peresmian tersebut dilakukan langsung Gubernur Papua, Lukas Enembe dengan ditandai penanda-tanganan prasasti dan pengguntingan pita pada pintu utama gedung tersebut.

Gubernur Enembe mengajak semua umat GIDI untuk mensyukuri pentasbian gedung gereja GIDI jemaat Eden-Entrop, apalagi proses pembangunan gereja tersebut memakan banyak waktu, pikiran, tenaga dan bahkan biaya yang tidak sedikit.
“Tapi itu bukanlah hal utama, yang terpenting adalah semua jemaat gereja ini dapat pembangunan atas iman yang lebih kuat dan peneguhan terhadap hati yang semakin tulus dalam melakukan pelayanan dan penyebaran berita injil ke seluruh penjuru bumi,” jelas Gubernur Lukas yang didampingi Ibu Yulce Enembe.
Selaku perwakilan Pemerintah Provinsi Papua, Gubernur senantiasa menempatkan pembinaan dan pembangunan dalam sektor keagamaan terhadap hal prioritas dan selayaknya.
“Banyak rencana dan program yang sedang dan dijalankan Pemerintah, tapi kami percaya Tuhan Yesus akan membantu menyelesaikan segalanya,” kata Gubernur.
Gubernur-pun berharap, Gereja GIDI Jemaat Eden-Entrop Kota Jayapura dapat menjadi tempat berkumpulnya untuk menjalin persaudaraan, kedamaian dan keimanan yang lebih kuat.
” Saya harap Gereja ini dapat dirawat dengan baik, peliharalah dan jadikan sebagai tempat persaudaraan yang lebih kuat untuk menjadi terang bagi Papua,” kata Gubernur.
Sejarah Pembangunan Gereja GIDI Jemaat Eden-Entrop
Ibu Gubernur Papua, Yulce Enembe dalam kesempatan peresmian dan pentasbian Gedung Gereja GIDI Jemaat Eden-Entrop memberikan kesaksian kudusnya, atas sejarah pembangunan gedung yang berlokasi diatas Bukit Sian Sior tersebut.
Mendapat lokasi Gereja GIDI Jemaat Eden-Entrop adalah pergumulan doa yang dinubuatkan Tuhan oleh seorang ibu Hamba Tuhan. ” Dalam doanya, hamba tuhan itu mengatakan akan memberikan satu tempat yang luas dengan pemandatangan yang indah. Saya berpikir saat itu mungkin lokasinya di Skyline, tapi hamba tuhan itu mengatakan bukan,” kisah Ibu Yulce Enembe.
Pergumulan terus dilakukan, sambung Ibu Yulce Enembe, sampai suatu hari Ketua Diaken, Yarius Balingga meminta didoakan untuk lokasi pembangunan Gereja di salah satu bukit yang bersebelahan dengan kantor Walikota Jayapura.
“Saya saat itu berdoa dan bergumul, dan Tuhan menjawab kerinduan kami pada akhir tahun 2013, Ibu Margaretha Monim menyampaikan ada satu tempat diatas bukit yang diwasiatkan khusus untuk Gereja,” jelas Ibu Yulce.
Dengan berlinang air mata dan rasa haru, Ibu Yulce Enembe mengaku persoalan tanah bukan hal mudah, sebab tanah tersebut diklaim telah dimiliki oleh pihak ketiga. Persoalan ini membutuhkan waktu yang sangat panjang, bahkan ketingkat pengadilan tertinggi bahkan pada upaya hukum lanjutan ke tingkat Penijauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung.
” Saya mau katakan, Tuhan tidak menutup mata, Pergumulan dan doa terus berjalan, saya yakin dan mengimani, hingga akhirnya hari ini kita mendapatkan hak sah atas sertivikat kepemilikan tanah dan ini milik Gereja Injili Di Indonesia (GIDI),” urai Ibu Yulce dengan airmata bahagia.
Pembangunan Gedung Gereja
Ketua Panitia Peresmian Gereja GIDI Jemaat Eden-Entrop, Yarius Balingga dalam penyampaiannya mengaku bangunan gereja didirikan selama hampir tujuh tahun, tepatnya sejak 2016 hingga 2021.

Menurutnya, pembangunan tersebut dilalui dengan berbagai tantangan yang akhirnya mendorong pihaknya untuk maju, hingga akhirnya Gereja GIDI Jemaat Eden-Entrop berdiri kokoh diatas Bukit Sian Sior menghadap pemandangan laut dan diresmikan serta ditasbihkan hari ini.
“Hanya puji dan syukur kepada Tuhan, semua yang kami rancang sebagai manusia tidak sampai, Namun karena jalan Tuhan dengan berbagai kendala dan hambatan berliku, suka-duka, itu semua dapat dilewati. Waktu Tuhan indah pada waktunya, dan saat inilah bukti kita berada dan mensyukuri tempat ini,” jelasnya.
Yarius dalam laporannya mengaku anggaran pembangunan gereja diperoleh dari berbagai sumbangan sukarela dari Pemerintah Papua, Kader GIDI Yahukimo, Beberapa Bupati, keluarga jemaat dan hamba tuhan.
“Total sumbangan yang kami terima dan kami pergunakan dalam pembangunan hingga peresmian gereja hari ini berjumlah Rp11, 230 Miliar,” kata Yarius Balingga.
Ia menyampaikan banyak terima kasih atas dukungan doa dan pengorbanan semua pihak yang turut memberikan sumbangsi atas pembangunan gedung gereja pertama yang memiliki hak permanen pertama di Jayapura tersebut.
“Saya tidak dapat menyampaikan satu-persatu rasa terima kasih kami, hanya Tuhan yang melihat, puji Tuhan,” jelas Yarius Balingga yang juga Ketua Diaken GIDI di Tanah Papua.
Pembangunan Gereja GIDI Jemaat Eden-Entrop Mendapat Dukungan Semua Agama
Yarius Balingga dalam wawancaranya mengaku bersyukur atas peresmian Gereja GIDI Jemaat Eden-Entrop yang dibangun dalam waktu yang cukup panjang.
“Saya mengucap syukur karena hari ini Gubernur Papua, Pak Lukas Enembe dan Presiden GIDI Pdt. Dorman Wandikbo meresmikan dan mentasbihkan gereja ini, dan tuhan sudah menuntun perjalanan ini,” kata Yarius.
Selain itu, Yarius juga bersyukur sebab dalam perjalanan panjang pembangunan tanah Gedung Gereja berkapasitas 1500 umat ini, secara sah telah mengantongi sertivikat tanah resmi dari Pemerintah.
” Hari ini juga pengacara telah menyerahkan surat kepemilikan sah, bahwa tanah berdirinya Gereja ini adalah sah milik GIDI dan jemaat Eden-Entrop dan tidak ada lagi persoalan untuk tanah ini, jadi keputusan sah,” jelasnya.
Disisi lain, kata Yarius, pihaknya mendapatkan banyak dukungan dari seluruh Denominasi Gereja bahkan lintas agama yang ada di tanah Papua. ” Dalam hal pembangunan gereja ini kami didukung semua agama yang ada di tanah Papua ini, demikian juga Denominasi Gereja dan tentunya masyarakat dan jemaat GIDI,” jelasnya.
Sementara dukungan lain dalam acara pengucapan syukur peresmian gereja, kata Yarius, pihaknya mendapatkan sumbangan 1006 ekor babi, yang berasal dari seluruh Denominasi Gereja di Tanah Papua, Jemaat, masyarakat bahkan umat non Kristen.
“Kami sangat bersyukur, karena kami banyak mendapat dukungan. Ada kesatuan persatuan dan kerukunan di tanah Papua yang sangat berbeda dari tempat lain,” jelasnya. (TA)