Kisah Maximus Tipagau Dijuluki “Gladiator Papua”, Kini Siap Bertarung di Pilkada Mimika

Maximus Tipagau

MIMIKA, (KT) – Julukan “Gladiator Papua” adalah sebutan yang dengan bangga disematkan pada Maximus Tipagau, seorang calon Bupati Mimika yang dikenal luas atas dedikasinya dalam dunia bisnis dan kemanusiaan. Julukan ini tidak hanya sekadar sebutan, melainkan mencerminkan perjalanan hidup dan visi yang ia bawa.

Maximus Tipagau lahir di kaki Gunung Cartenz, salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia, tepatnya di perkampungan Ugimba/Kampung Bulapa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, pada 7 Mei 1983. Ia adalah anak dari seorang bangsawan atau panglima perang suku asli Moni, marga Tipagau/Kobogau, di kampung halamannya.

Sebagai anak dari seorang panglima perang, Maximus tumbuh menjadi pria yang tangguh. Kehidupan keras yang ia jalani, termasuk harus berjuang sendiri setelah kehilangan kedua orang tua dan adik perempuannya pada usia 10 tahun, membentuk karakter kuat dalam dirinya.

Kisah ayahnya, Niko Tipagau, yang sering menjadi pelindung bagi keluarga dan sukunya di masa perang, menjadi inspirasi besar bagi Maximus. Nama Maximus yang diberikan oleh ayahnya diambil dari seorang gladiator Romawi terkenal, Maximus Decimus Meridius.

Maximus kecil sering mendengar cerita dari sang ayah tentang Maximus Decimus Meridius, seorang gladiator Romawi yang berjuang hidup dengan bertarung dan memiliki visi untuk membebaskan kaumnya dari perbudakan. “Ayah saya sering menceritakan apa itu gladiator dan bagaimana cara mereka berjuang hidup. Cerita-cerita rakyat inilah yang membuat saya harus kuat ketika ditinggal kedua orang tua, dan cerita tentang sosok Maximus Decimus Meridius menjadi pegangan hidup saya,” ungkapnya.

Pada tahun 1993, Maximus memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya dan berhenti sekolah saat duduk di kelas 4 SD. Ia kemudian memulai perjalanan hidupnya dengan bekerja sebagai tukang kebun di perusahaan PT. Freeport Indonesia di Tembagapura, Timika, pada tahun 1995.

Selama tiga tahun bekerja sebagai tukang kebun dan berinteraksi dengan pegawai asing, ia menjadi aktif berbahasa Inggris. Pada tahun 1995, ia diangkat menjadi supporter truk tambang di Tembagapura, dan pada tahun 1999, ia naik posisi dua kali menjadi operator truk dan asisten instruktur.

Pada tahun 2003, Maximus diangkat menjadi operator tiga jenis truk tambang, dan pada tahun 2004, ia menjadi instruktur pengembangan karyawan orang asli Papua hingga tahun 2010. Dengan bekal pengalaman tersebut, pada tahun 2008, ia berhasil mendirikan perusahaan PT. Mpaigelah, yang kemudian bekerja sama dengan PT. Freeport Indonesia untuk menyelesaikan proyek-proyek pengembangan tambang.

Kini, Maximus telah berhasil menjadi seorang pengusaha yang membanggakan orang asli Papua. Ia memiliki tiga perusahaan, yaitu PT. Mpaigelah, PT. Adventure Cartenz, dan PT. Global Persada. Sejak tahun 2015, berbagai penghargaan telah diraihnya, termasuk penghargaan pengusaha muda dari Bank Papua, penghargaan Kapolri untuk pemecah rekor pendaki perempuan terbanyak di dunia pada tahun 2017, penghargaan di Talk Show Kick Andy pada tahun 2018, dan penghargaan The Top Ten The Most Influential People in Indonesia tahun 2018 bersama Presiden Joko Widodo.

Maximus Kecil Ingat Pesan Ayah “Gladiator Papua” Harus Jadi Penerang Bagi Masyarakat

Setelah 15 tahun bekerja di PT. Freeport Indonesia, Maximus teringat pesan ayahnya bahwa gladiator harus menjadi penerang bagi masyarakat. Pesan ini membulatkan tekadnya untuk meninggalkan pekerjaan yang ia cintai dan berbuat lebih bagi masyarakat Papua.

Dengan tabungannya, Maximus mendirikan Yayasan Somatua pada tahun 2012 yang fokus pada pendidikan dan kesehatan. Yayasan ini melahirkan program dokter terbang ke area-area pedalaman Papua dan membangun sekolah. Program dokter terbang ini diilhami oleh pengalaman pribadi Maximus yang kehilangan orang tua dan adik perempuannya karena tidak adanya pelayanan medis di kampung halamannya.

“Seandainya saat itu ada pelayanan kesehatan di kampung halaman saya, mungkin orang tua dan adik perempuan yang saya sayangi tidak secepat itu pergi. Inilah dasar saya membuat dokter terbang, agar daerah yang tidak dijangkau pelayanan kesehatan bisa mendapatkan perhatian. Puji Tuhan, dengan modal seadanya kita bisa membantu masyarakat walau harus menyewa helikopter untuk berpindah-pindah tempat pelayanan,” ujarnya.

Maximus juga berkontribusi dalam dunia pendidikan dengan mendirikan Balai Latihan Kerja (BLK) Somatua Training Center yang berfokus pada menciptakan SDM khusus anak-anak Papua. “Pendidikan itu sangat penting. Anak-anak harus menempuh pendidikan 12 tahun bahkan 17 tahun. Tidak boleh seperti Maximus yang harus menempuh sekolah persamaan paket A, B, dan C,” tegasnya.

Maju Pilkada Mimika Ingin Berbuat Baik dan Mensejahterakan Masyarakat

Maximus Tipagau maju dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) dengan tujuan untuk berbuat baik dan mensejahterakan masyarakat di Kabupaten Mimika. Dengan modal pengalamannya 15 tahun bekerja di PT. Freeport Indonesia, mendirikan perusahaan, dan bekerja di Sekretariat Kepresidenan, ia yakin mampu membawa Kabupaten Mimika lebih maju dan masyarakat lebih sejahtera.

“Visi misi saya adalah Kabupaten Mimika, Kota Industri Maju, Mimika Sejahtera dan Mimika Berbudaya. Kami akan fokus dalam program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” jelasnya.

Maximus menegaskan bahwa cita-citanya ini akan terwujud jika masyarakat merestuinya. Proses pencalonannya saat ini didukung oleh beberapa partai politik yang telah memberikan rekomendasi.

“Saya optimis bersama masyarakat akan membangun Kabupaten Mimika. Dorongan masyarakat juga terus mengalir, begitu juga dengan partai politik yang telah memberikan rekomendasi,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *