JAYAPURA (KT) – Kapolda Papua Irjen Pol Drs. Paulus Waterpauw menjadi salah satu pembicara dalam kegiatan Intermediate Training (LK II) Himpunan Mahasiswa Islam Papua dalam rangka memperingati Milad Himpunan Mahasiswa Islam ke-73, Rabu (5/2/0202) malam di Asrama Haji Kotaraja.
Dalam materinya, Kapolda Papua memaparkan materi bertajuk Stadium General tentang Strategi Menangkal Radikalisme Dan Terorisme Sebagai Ancaman Disintegrasi Bangsa. Kapolda mengatakan, Kelompok radikal lainnya muncul pada tahun 2018 kelompok jad (jamaah anshorut daulaah) di Kabupaten Mimika dan berhasil ditangkap 2 orang dan yang terakhir ditangani adalah penangkapan 7 (tujuh) terduga teroris Kelompok JAD di Jalan Kemiri dan Doyo Kabupaten Jayapura.
“Radikalisme – terorisme bukan persoalan siapa pelaku, kelompok dan jaringannya. namun, lebih dari itu terorisme merupakan tindakan yang memiliki akar keyakinan, doktrin/dokma dan ideologi yang dapat menyerang kesadaran masyarakat,” jelas Kapolda
Lebih lanjut Kapolda mengatakan, tumbuh suburnya terorisme tergantung di lahan mana ia tumbuh dan berkembang. “jika ia hidup di tanah gersang, maka terorisme sulit menemukan tempat, sebaliknya jika ia hidup di lahan yang subur maka ia akan cepat berkembang,” jelas Kapolda
Kapolda juga memaparkan ciri-ciri sikap dan paham radikal, yakni intoleran atau tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain, fanatisme yang merupakan sifat merasa benar sendiri; menganggap orang lain salah, eksklusifisme dengan karakter membedakan diri dari umat lainnya, revolusioner dimana cenderung menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan. “ ciri-ciri ini tertuang lengkap dalam UU Nomor 5 Tahun 2018 dan UU Nomor 15 Tahun 2013 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang – Undang nomor 1 tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme,” jelas Kapolda.
Pertanyaannya, lanjut Kapolda kenapa radikalisme dan terorisme di indonesia dapat tumbuh subur? hal itu, disebabkan Indonesia dianggap sebagai “safe heaven” radikalisme dan terorisme.
“alasan seseorang menjadi radikal yaitu biasanya karena kepentingan personal dan ideology finansial, kelompok radikal menyebarluaskan dengan menebar janji-janji kebutuhan finansial yang akan mencukupi seseoang dan juga propaganda politik yang menarik untuk seseorang,” jelasnya,
Ada juga faktor – faktor penyebab paham radikalisme bisa menyerang seseorang dikarenakan beberapa faktor, diantaranya : Faktor Pemikiran, Faktor Ekonomi, Faktor Politik, Faktor Sosial, Faktor Psikologis, Faktor Pendidikan.
Dalam rangka menangkal radikalisme dan terorisme pemerintah melaksanakan program deredikalsasi melalui kementerian/lembaga meliputi kementerian hukum dan hak asasi manusia, kejaksaan republik indonesia dan polri yang dikoordinasikan oleh oleh badan nasional penanggulangan terorisme (BNPT). target dari program deredikalisasi meliputi tersangka, terdakwa, terpidana, dan narapidana terorisme serta mantan narapidana terorisme dan orang atau kelompok orang yang terpapar paham radikal.
Pada kesempatan itu, Kapolda juga merefleksikan perjalanan Ottow dan Geiseler yang hari ini ( tanggal, 5 Februari,red) diperingati sebagai hari pekabaran injil yang ke 165. Dimana hari yang sama juga bertepatan dengan HUT HMI ke 73.
Kata Kapolda, dua peringatam ini menjadi refleksi yang nyata bagi kehidupan bermasyarakat, sosial dan beragama ,untuk saling menopang dan membuka tabir kehidupan di wilayah Papua dan Maluku Utara serta menjadi tauladan. Sebab, dibalik sebuah misi itu banyak unsur yang ikut mempengaruhi kehidupan kita bersama.
“sebagai generasi muda kita tidak oleh lupa, sebagai momentum untuk mengisi sisi yang humanis dan penuh kekerabatan bersama, namun disisi lain ada beberapa fakta yang tidak bisa kita abaikan dalam kehidupan sekarang yaitu adanya ancaman perpecahan antar saudara dan kerabat, lalu bagaimanakah budaya satu tungku tiga batu, apakah masih tetap utuh atau sudah terpecah bercerai-berai, “ kata Kapolda
Papua menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi icon kerukunan antar umat beragama ,terlebih lagi saat ini wilayah papua menjadi fokus perhatian bangsa melalui berbagai kebijakan negara.
“oleh karena itu momen ini kita coba refleksikan rasa hubungan manusia yang humanis antar sesama yang coba dihancurkan oleh para pihak yang tidak bertanggung jawab,” kata Kapolda
Kader HMI digambarkan sebagai pemimpin yang dibutuhkan oleh umat untuk menjadi negarawan yang “problem solver” yang memiliki ilmu pengetahuan diperlukan pula adanya iman dan akhlak sehingga mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan (Amal Saleh).
Diakhir materinya, Kapolda berpesan berpijak pada rumusan awal tujuan HMI maka mari Pertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat indonesia, dan Menegakan dan mengembangkan ajaran islam. tentunya semua ini mengindikasikan keterlibatan hmi dalam memperbaiki kehidupan kemanusiaan di berbagai dimensi pada aspek spiritual dan material.
Untuk diketahui bahwa Kegiatan tersebut dalam rangka Memperingati Dies Natalis Ke- 73 Tahun 2020 Tingkat Nasional HMI Cabang Jayapura guna membentuk kader – kader yang memiliki kesadaran intelektual yang kritis, dinamis, progresif, inofatif dalam memperjuangkan misi HMI yang mempunyai kemampuan menegeral dalam berorganiasasi. (TA)